Senin, Juni 04, 2012

PENYESUAIAN DIRI REMAJA




A.     Konsep dan Proses Penyesuaian Diri
1.      Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konfornitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.
Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapattekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baiksecara moral, sosial, maupun emosional.
Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasitidakterjadi.
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu  yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan. 
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut  dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.
a.       Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
1)      Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa,  atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
2)      Penyesuaian Sosial  
Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling  mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.  Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara  komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.
Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok.  Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.
2.      Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (life long), dan manusia terus-menerus berupaya menemukan dan mengatsi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat.
Respon penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebafai suatu upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar. Penyesuaian adalah sebagai suatu proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi, membebaskan diri dari ketegangan.
Apakah seseorang berhadapan dengan penyesuaian sehari-hari yang sederhana atau suatu penyesuaian yang rumit, terdapat suatu pola dasar yang ter diri dari elemen-elemen tertentu. Contoh: seorang anak yang membutuhkan rasa kasih sayang dari ibunya yang terlalu sibuk dengan tugas-tugas lain anak akan frustasi dan berusaha menemukan pemecahan untuk mereduksi ketegangan/kebutuhan yang belum terpenuhi. Dia mungkin mencari kasih sayang di mana-mana, atau menghisap jarinya, atau bahkan tidak berupaya sana sekalim atau makan secara berlwbihan, sebagai respon pengganti bila kebutuhab-kebutuhab tidak terpenuhi secara wajar. Dalam beberapa hal, respon pengganti tidak tersedia, sehingga individu mencari suatu respon lain yang akan memuaskan motvasi dan mereduksi ketegangan.

Situasi ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Text Box: FRUSTASI Text Box: A
Kebutuhan
 
Motivasi
 
 


Pemecahan
bervariasi
 
Text Box: B
Respon
 
Keinginan
 
V                                                             
Text Box: C
 



Berdasarkan diagram diatas, tampak bahwa elemen-elemen umum dan esensial dalam semua situasi frustasi ialah: motivasi,frustasi atau terhalangnya keinginan dan motif-motif, respon yang bervariasi, dan pemecahan untuk mereduksi masalah, frustasi, atau ketegangan dengan beberapa bentuk respon.
Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa motivasi mengambil variasi bentuk dapat diarahkan kepada rintangan aatau frustasi yang disebabkan oleh beberapa aspek realitas misalnya : pembatasan orang tua, hambatan fiik, aturan sosial dan semacamnya. rintangan-rintangan ini menyebabkan individu meneliti cara-cara responnya yang berbeda-beda (A, B, dan C) sampai mendapatkan pemuasan.
Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannyadengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.

3.      Karakteristik Penyesuaian Diri
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin di luar dirinya. dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan tersebut, ada individu-individu yang dapat melakukan penyesuaian diri secara positif, namun ada pula individu-individu yang melakuakn penyesuaian diri yang salah. berikut ini akan ditinjau karakteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.

a.      Penyesuaian Diri Secara Positif
Menurut Sunarto dan Hartono (1995), dalam melakukan penyesuaian dirisecara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain :
1)      Tidak melakukan adanya ketengan emosional.
2)      Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
3)      Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
4)      memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
5)      Mampu dalam belajar.
6)      Menghargai pengalaman.
7)      Bersikap realistik dan objektif.
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:
1)      Penyesuaian menghadapi masalah secara langsung.
2)      Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan).
3)      Penyesuaian dengan trial dan error atau coba-coba.
4)      Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
5)      Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri.
6)      Penyesuaian dengan belajar.
7)      Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri.
8)      Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.

Heber dan Runyon (1984) menyebutkan beberapa ciri khas penyesuaiandiri yang sehat, yaitu :
1)      Persepsi terhadap realitas. Individu mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup danmenginterpretasikannya, sehingga mampu menentukan tujuan yangrealistik sesuai dengan kemampuannya serta mampu mengenali konsekuensi dan tindakannya agar dapat menuntun pada perilaku yang sesuai.
2)      Kemampuan mengatasi stres dan keecemasan. Mempunyai kemampuan mengatasi stres dan kecemasan berarti individumampu mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup dan mampumenerima kegagalan yang dialami. Individu yang memiliki penyesuaiandiri yang baik akan belajar untuk menceritakan stres dan kecemasan yangdirasakannya pada orang lain. Dukungan dari orang di sekitar dapatmembantu individu dalam menghadapi masalahnya.
3)      Gambaran diri yang positif.  Gambaran diri yang positif berkaitan dengan penilaian individu tentangdirinya sendiri. Individu mempunyai gambaran diri yang positif baik melalui penilaian pribadi maupun melalui penilaian orang lain, sehinggaindividu dapat merasakan kenyamanan psikologis.
4)      Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik.  Emosi yang ditampilkan individu realistis dan secara umum berada dibawah kontrol individu. Ketika seseorang marah, dia mampumengekspresikan dengan cara yang tidak merugikan orang lain, baik secara psikologis maupun fisik. Individu yang memiliki kematanganemosional mampu untuk membina dan memelihara hubunganinterpersonal dengan baik.
5)      Memiliki hubungan interpersonal yang baik. Memiliki hubungan interpersonal yang baik berkaitan dengan hakekatindividu sebagai makhluk sosial, yang sejak lahir tergantung pada oranglain. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik mampumembentuk hubungan dengan cara yang berkualitas dan bermanfaat.
Menurut Hariyadi, dkk (2003), terdapat beberapa karakteristik penyesuaian diri yang positif, diantaranya :
v     Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa orang yang mempunyaipenyesuaian diri yang positif adalah orang yang sanggup menerima kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan di samping kelebihan-kelebihannya. Individu tersebut mampu menghayati kepuasan terhadap keadaan dirinya sendiri, dan membenci apalagi merusak keadaan dirinyabetapapun kurang memuaskan menurut penilaiannya. Hal ini bukan berartibersikap pasif menerima keadaan yang demikian, melainkan ada usahaaktif disertai kesanggupan mengembangkan segenap bakat, potensi, sertakemampuannya secara maksimal.
v     Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinyasecara objektif, sesuai dengan perkembangan rasional dan perasaan.Orang yang memiliki penyesuaian diri positif memiliki ketajaman dalammemandang realita, dan mampu memperlakukan realitas atau kenyataansecara wajar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Ia dalam berperilaku selalu bersikap mau belajar dari orang lain, sehingga secara terbuka pula ia mau menerima feedback   dari orang lain.
v     Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada padadirinya dan kenyataan objektif di luar dirinya.Karakteristik ini ditandai oleh kecenderungan seseorang untuk tidak menyia-nyiakan kekuatan yang ada pada dirinya dan akan melakukan hal-hal yang jauh di luar jangkauan kemampuannya. Hal ini terjadiperimbangan yang rasional antara energi yang dikeluarkan dengan hasil yang diperolehnya, sehingga timbul kepercayaan terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
v     Memiliki perasaan yang aman dan memadaiIndividu yang tidak lagi dihantui oleh rasa cemas ataupun ketakutan dalamhidupnya serta tidak mudah dikecewakan oleh keadaan sekitarnya.Perasaan aman mengandung arti pula bahwa orang tersebut mempunyai harga diri yang mantap, tidak lagi merasa terancam dirinya oleh lingkungan dimana ia berada, dapat menaruh kepercayaan terhadap lingkungan dan dapat menerima kenyataan terhadap keterbatasan maupun kekurangan-kekurangan dan lingkungannya.
v     Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleranKarakteristik ini ditandai oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaandi luar dirinya walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan ataukeinginannya.f. Terbuka dan sanggup menerima umpan balik Karakteristik ini ditandai oleh kemampuan bersikap dan berbicara atasdasar kenyataan sebenarnya, ada kemauan belajar dari keadaan sekitarnya,khususnya belajar mengenai reaksi orang lain terhadap perilakunya.
v     Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosiHal ini tercermin dalam memelihara tata hubungan dengan orang lain,yakni tata hubungan yang hangat penuh perasaan, mempunyai pengertian yang dalam, dan sikap yang wajar.
v     Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras dengan hak dan kewajibannya.Individu mampu mematuhi dan melaksanakan norma yang berlaku tanpaadanya paksaan dalam setiap perilakunya. Sikap dan perilakunya selalu didasarkan atas kesadaran akan kebutuhan norma, dan atas keinsyafan sendiri.

b.      Penyesuaian Diri yang Salah
Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian diri yang salah, yaitu:
1.    Reaksi Bertahan (Defence Reaction). Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Bentuk khusus reksi ini yaitu:
*        Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan (dalam) untuk membenarkan tindakannya.
*        Represi, yaitu berusaha menekan pengalamannya yang dirakan kurang enak ke alam tidak sadar.
*        Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima.
*        “Sour Grapes” (anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikkan kenyataan.
2.      Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction). Reaksi-reaksinya tampak pada perilaku:
*        Selalu membenarkan diri,
*        Mau berkuasa dalam setiap situasi,
*        Mau memiliki segalanya,
*        Bersilkap senang mengganggu orang lain,
*        Menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan,
*        Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka,
*        Menunjukkan sikap menyerang dan merusak,
*        Keras kepala dalam perbuatannya,
*        Bersikap balas dendam,
*        Memperkosa hak orang lain,
*        Tindakan yang serampangan, dan
*        Marah secara sadis. 
3.      Reaksi Melarikan Diri (Escape Reaction). Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya tampak dalam tingkah laku sebagai berikut:
*        berfantasi,
*        banyak tidur,
*        minum-minuman keras
*        bunuh diri,
*        menjadi pecandu ganja, narkotika, dan
*        regresi.

B.     Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
Sebagaimana telah dipahami bahwa dalam perkembangannya manusia akan melewati masa remaja. Remaja adalah anak manusia yang sedang tumbuh selepas masa anak – anak menjelang dewasa. Dalam masa ini tubuhnya berkembang sedemikian pesat dan terjadi perubahan – perubahan dalam bentuk fisk dan psikis.
Badannya tumbuh berkembang menunjukkan tanda – tanda orang dewasa, perilaku sosialnya berubah semakin menyadari keberadaan dirinya, ingin diakui dan berkembang pemikiran maupun wawasannya secara lebih luas.
Penyesuaian diri pada diri remaja sangatlah penting dimana penyesuaian diri pada masa ini dapat menentukan sikap dan psikologi remaja pada masa yang akan datang, dimana jika remaja sulit atau tidak bisa menyesuaikan diri pada lingkungan dimana dia berada akan berdampak buruk pada perkembangan diri anak itu sendiri, baik pada masa penyesuaian atau pun pada masa yang akan datang.
Pentingnya memahami faktor faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja, yaitu:
a.   Mengantisipasi berbagai masalah yang akan muncul dalam proses penyesuaian diri remaja baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
b.   Mencegah berbagai pengaruh negatif yang menjadi kendala bagi perkembangan diri remaja.
Menurut Schneiders (1984), setidaknya ada lima faktor yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja, yaitu:
1.          kondisi fisik
2.          Kepribadian
3.          proses belajar
4.          lingkungan
5.          agama dan budaya
Faktor - faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja adalah penentu penyesuaian diri yang meliputi faktor - faktor yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi remaja secara bertahap.
Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.      Kondisi-kondisi fisik, termasuk didalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan saraf, kelenjar, dan system otot, kesehatan, penyakit, dsb.
2.      Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, social, moral, dan emosional.
3.      Penentuan psikologis, termasuk didalamnya pengalaman, belajarnya, pengkondisian, penetuan diri, frustasi, dan konflik.
4.      Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah.
5.      Penentuan cultural termasuk agama.

1.      Kondisi Jasmaniah
·        Kondisi jasmaniah merupakan kondisi primer yang penting bagi proses penyesuaian diri (sistem saraf, kelenjar otot)
  • Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku dan kepribadian.
  • Kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik.
  • Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya. Gangguan penyakit yang kronis dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan pada diri sendiri, perasaan rendah diri, ketergantungan, perasaan ingin dikasihani dan sebagainya.


2        Perkembangan Kematangan dan Penyesuaian Diri
  • Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda – beda antara individu yang satu dengan yang lainnya, sehingga pencapaian pola – pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara individual.
  • Pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Kondisi – kondisi perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual.

Pengalaman
         Tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi penyesuaian diri. Pengalaman yang menyenangkan akan menimbulkan penyesuaian diri yang baik dan sebaliknya.
Belajar
         Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan berkembang pola – pola respon yang akan membentuk kepribadian. Sebagaian besar respon dan ciri kepribadian lebih banyak yang diperoleh dari proses belajar daripada yang diperoleh secara diwariskan. Proses belajar ini akan berlangsung sepanjang hayat.
Determinasi diri
         Dalam proses penyesuaian diri, disamping ditentukan oleh faktor – faktor terebut diatas, orang itu sendiri menentukan dirinya, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi. Faktor – faktor itulah yang disebut determinasi diri.
         Determinasi diri mempunyai peranan penting dalam proses penyesuaian diri karena mempuyai peranan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri. Ada beberapa orang dewasa yang mengalami pengalaman penolakan ketika masa kanak – kanak, tetapi mereka dapat menghindarka diri dari pengaruh negatif karena dapat menentukan sikap atau arah dirinya sendiri.
Konflik dan Penyesuaian
         Tanpa memperhatikan tipe – tipe konflik, mekanisme konflik secara essensial sama yaitu pertentangan antara motif – motif.
         Konflik dapat bermanfaat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan.

1.      Lingkungan Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
         Rumah dan Keluarga
Dari sekian banyak faktor yang mengkondisikan penyesuaian diri. Faktor rumah dan keluarga merupakan faktor yang sangat penting. Kerena keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan dikembangkan di masyarakat.
         Hubungan Orang Tua dan Anak
Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri anak-anak. Beberapa pola hubungan yang dapat dipengaruhi penyesuai diri antara lain :
  1. Menerima (acceptance),
  2. Menghukum dan disiplin yang berlebihan,
  3. Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan.
  4. Penolakan.
  5. Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh kasih sayang, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian yang lebih baik, sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
         Masyarakat
Keadaan lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan kondisi yang menentukan proses dan pola-pola penguasaan diri. Kondisi studi menunjukan bahwa banyak gejala tingkah laku yang meyimpang bersumber dari keadaan masyarakat. Pergaulan yang salah dikalangan remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya. Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau “rawan”, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria dari kedua faktor tersebut, antara lain:
a.    Faktor Kerawanan Masyarakat (Lingkungan)
1)      Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malambahkan sampai dini hari
2)      Peredaran alkohol, narkotika, obat-obatan terlarang lainnya
3)      Pengangguran
4)      Anak-anak putus sekolah/anak jalanan
5)      Wanita tuna susila (wts)
6)      Beredarnya bacaan, tontonan, TV, Majalah, dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan kekerasan
7)      Perumahan kumuh dan padat
8)      Pencemaran lingkungan
9)      Tindak kekerasan dan kriminalitas
10)  Kesenjangan sosial
b.   Daerah Rawan (Gangguan Kamtibmas)
1)      Penyalahgunaan alkohol, narkotika dan zat aditif lainnya
2)      Perkelahian perorangan atau berkelompok/massal
3)      Kebut-kebutan
4)      Pencurian, perampasan, penodongan, pengompasan, perampokan
5)      Perkosaan
6)      Pembunuhan
7)      Tindak kekerasan lainnya
8)      Pengrusakan
9)      Coret-coret dan lain sebagainya
Kondisi psikososial dari ketiga lingkungan di atas, merupakan faktor yang kondusif bagi terjadinya kenakalan remaja.
         Sekolah
Sekolah mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial, dan moral para siswa. Suasana disekolah baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan pola penyesuaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak disekolah merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.

2.      Kultur dan Agama Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
·        Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola penyesuaian diri. Contohnya tata cara kehidupan di sekolah, di masjid dan semacamnya akan mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya.
·        Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya.
·        Agama memberi tuntunan, konsep dan falsafah hidup yang meyakinkan dan benar. Oleh pemilikan semua ini orang akan memperoleh arti hidup, kemana tujuan hidup, apa yang dicari dalam hidup ini dan bagaimana ia harus berperan dalam hidup sehingga hidupnya di dunia tidak sia- sia.

C.     Permasalahan-Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
Diantara persoalan yang terpenting yang dihadapai remaja dalam penyesuaian diri yaitu:
1)   Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua.
Disini sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua dan suasana psikologi dan sosial dalam keluarga (kondisi lingkunan keluarga)
Orang tua yang otoriter akan menghambat perkembangan penyesuaian diri remaja, begitu juga perlindungan orang tua yang berlebihan juga berakibat tidak baik. Perpindahan tempat juga memiliki pengaruh yang kuat.

2)   Sekolah juga memiliki peranan/pengaruh yang kuat dalam dalam perkembangan jiwa remaja.

1.      Masalah-masalah remaja
Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugasnya dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugasnya, yaitu:
1)      Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
2)      Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.

Elkind dan Postman (dalam Fuhrmann, 1990) menyebutkan tentang fenomena akhir abad duapuluh, yaitu berkembangnya kesamaan perlakuan dan harapan terhadap anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak masa kini mengalami banjir stres yang datang dari perubahan sosial yang cepat dan membingungkan serta harapan masyarakat yang menginginkan mereka melakukan peran dewasa sebelum mereka masak secara psikologis untuk menghadapinya. Tekanan-tekanan tersebut menimbulkan akibat seperti kegagalan di sekolah, penyalahgunaan obat-obatan, depresi dan bunuh diri, keluhan-keluhan somatik dan kesedihan yang kronis.

Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada era teknologi maju dewasa ini membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil untuk mengelola teknologi tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan teknologi yang demikian cepat dapat membuat mereka merasa gagal, malu, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan emosional.
Bellak (dalam Fuhrmann, 1990) secara khusus membahas pengaruh tekanan media terhadap perkembangan remaja. Menurutnya, remaja masa kini dihadapkan pada lingkungan dimana segala sesuatu berubah sangat cepat. Mereka dibanjiri oleh informasi yang terlalu banyak dan terlalu cepat untuk diserap dan dimengerti. Semuanya terus bertumpuk hingga mencapai apa yang disebut information overload. Akibatnya timbul perasaan terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas dan masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan budaya.
Uraian di atas memberikan gambaran betapa majemuknya masalah yang dialami remaja masa kini. Tekanan-tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja, ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau ganguan perilaku. Beberapa bentuk gangguan perilaku ini dapat digolongkan dalam delinkuensi.
                Perkembangan pada remaja merupakan proses untuk mencapaikemasakan dalam berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Proses ini adalah sebuah proses yang memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek fisik dengan psikis pada remaja. 

v     Kutub Keluarga ( Rumah Tangga)
Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis (sakinah).
Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain:
c.   Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce)
d.  Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di rumah
e.   Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk)
f.    Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi daripada kejiwaan (psikologis).
Selain daripada kondisi keluarga tersebut di atas, berikut adalah rincian kondisi keluarga yang merupakan sumber stres pada anak dan remaja, yaitu:
a.       Hubungan buruk atau dingin antara ayah dan ibu
b.      Terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga
c.       Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orangtua atau oleh kakek/nenek
d.      Sikap orangtua yang dingin dan acuh tak acuh terhadap anak
e.       Sikap orangtua yang kasar dan keras kepada anak
f.        Campur tangan atau perhatian yang berlebih dari orangtua terhadap anak
g.       Orang tua yang jarang di rumah atau terdapatnya isteri lain
h.       Sikap atau kontrol yang tidak konsisiten, kontrol yang tidak cukup
i.         Kurang stimuli kongnitif atau sosial
j.        Lain-lain, menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit, kehilangan orang tua, dan lain sebagainya.
 Sebagaimana telah disebutkan di muka, maka anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sebagaimana diuraikan di atas, maka resiko untuk berkepribadian anti soial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/maja yang dibesarkan dalam keluarga yang sehat/harmonis (sakinah).

v     Kutub Sekolah
Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan “peluang” pada anak didik untuk berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain;
a.       Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai
b.      Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai
c.       Kualitas dan kuantitas tenaga non guru yang tidak memadai
d.      Kesejahteraan guru yang tidak memadai
e.       Kurikilum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan agama/budi pekerti yang kurang
f.        Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya.

v     Kutub Masyarakat (Kondisi Lingkungan Sosial)
Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau “rawan”, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria dari kedua faktor tersebut, antara lain:

a.       Faktor Kerawanan Masyarakat (Lingkungan)
1)      Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malambahkan sampai dini hari
2)      Peredaran alkohol, narkotika, obat-obatan terlarang lainnya
3)      Pengangguran
4)      Anak-anak putus sekolah/anak jalanan
5)      Wanita tuna susila (wts)
6)      Beredarnya bacaan, tontonan, TV, Majalah, dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan kekerasan
7)      Perumahan kumuh dan padat
8)      Pencemaran lingkungan
9)      Tindak kekerasan dan kriminalitas
10)  Kesenjangan sosial

b.      Daerah Rawan (Gangguan Kantibmas)
1)      Penyalahgunaan alkohol, narkotika dan zat aditif lainnya
2)      Perkelahian perorangan atau berkelompok/massal
3)      Kebut-kebutan
4)      Pencurian, perampasan, penodongan, pengompasan, perampokan
5)      Perkosaan
6)      Pembunuhan
7)      Tindak kekerasan lainnya
8)      Pengrusakan
9)      Coret-coret dan lain sebagainya

Kondisi psikososial dan ketiga kutub diatas, merupakan faktor yang kondusif bagi terjadinya kenakalan remaja

D.    Implikasi Proses Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Masa remaja adalah masa dimana seorang remaja mencari jati dirinya. Masa remaja juga disebut masa emas (golden age). Namun, para remaja pada masa perkembangan dihadapkan dengan berbagai masalah, baik eksternal maupun internal. Masalah-masalah yang timbul pada masa remaja harus bisa di pahami oleh seorang pendidik, agar remaja tidak mengalami kemunduran mental. Karena remaja yang tidak mendapatkan bimbingan pada masa remaja, Mereka akan cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma kehidupan. Pemecahan masalah tersebut bisa di selesaikan dengan mengaitkan masalah-masalah tersebut dengan pen-didikan, baik pendidikan formal ataupun non-formal.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas (identity confusion), sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Masa perkembangan remaja juga ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide pikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan. Mereka bersemangat untuk meraih keberhasilan. Oleh karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti. Sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup mereka di mata orang lain.
Laju proses perkembangan perilaku dan pribadi remaja dipengaruhi oleh tiga faktor dominan ialah faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan ling-kungan (environment): termasuk belajar dan latihan (training and learning). Ketiga faktor dominan utama itu senantiasa bervariasiyang mungkin dapat menguntungkan, menghambat atau membatasi lajunya proses perkembangan tesebut.
Selain itu, perilaku remaja mengalami perubahan krisis aspek pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Remaja sering berusaha memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, dan menggunakan obat terlarang. Periode remaja seharusnya sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak berkembang sehingga mereka mampu berpikir multidimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Oleh karena itu, remaja sekarang harus bisa memilih-milih mana perilaku yang harus dilakukan, jangan sampai perilaku tersebut terjerumus ke dalam perilaku negative.
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi-fungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah.         
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proeses penyesuaian diri remaja khususnya di sekolah adalah:
a)      Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “ betah” (at home) bagi anak-anak didik , baik secara sosial , fisik maupun akademis.
b)      Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
c)      Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial , maupun seluruh aspek pribadinya.
d)      Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
e)      Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
f)        Ruang kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
g)      Peraturan / tata tertib yamg jelas dan dapat dipahami oleh siswa.
h)      Teladan dari para guru dalam segi pendidikan.
i)        Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah.
j)        Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan yang sbaik-baiknya.
k)      Situasi kepemimpinan yang penuh saling pengertian dan tanggungjawab baik pada murid maupun pada guru.
l)        Hubungan yang baik dan penuh pengertian antara sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat.
Karena di sekolah guru merupakan figur pendidik yang penting dan besar pengaruhnya terhadap penyesuaian siswa-siswinya, maka dituntut sifat –sifat guru yang efektif, yakni sebagi berikut (Ryans dalam Garrison, 1956).
a)  Memberi kesempatan (alert), tampak antusias dalam berminat dalam aktivitas siswa dalam kelas .
b)  Ramah (cheerful) dan optimistis.
c)   Mampu mengontrol diri, tidak mudah kacau (terganggu ), dan teratur tindakannya
d)  Senang kelakar, mempunyai ras humor.
e)  Mengetahui dan mengakui kesalahan-kesalahan sendiri.
f)     Jujur dan opjektif dalam memperlakukan siswa.
g)  Menunjukan pengertian dan ras a simpati dalam bekerja dengan sisiwa-siswinya.
Jika para guru bersama dengan seluruh staf disekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik , maka anak-anak didik di sekolah itu yang berada dalam usia remaja akan cenderung berkurang kemugkinannya untuk menglami permasalahan-permasalahan penyesuaaian diri atau terlibat dalam masalah yang bisa menyebabkan perilaku yang menyimpang.
Conger (dalam Abin, 1975: 11) menegaskan bahwa pemahaman dan pemecahan masalah yang timbul pada masa remaja harus dilakukan secara interdisipliner dan antar lembaga. Meskipun demikian, pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang paling efektif dan strategis, karena bagi sebagian besar remaja bersekolah dengan para pendidik, khususnya para guru, banyak mempunyai kesempatan berkomunikasi dan bergaul.
Diantara usaha-usaha pembinaan yang perlu di perhatikan, sekurang-kurangnya untuk mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan yang timbul pada masa remaja, dalam rangka kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan para pendidik umumnya dan para guru khususnya:
1.      Hendaknya seorang guru mengadakan program dan perlakuan layanan khusus bagi siswa remaja pria dan siswa remaja wanita (misalnya dalam pelajaran anatomi, fisiologi dan pendidikan olahraga) yang diberikan pula oleh para guru yang dapat menyelenggarakan penjelasannya dengan penuh dignity. Tujuan dari usaha tersebut adalah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fisik dan psikomotorik remaja.

2.      Memperhitungkan segala aspek selengkap mungkin dengan data atau informasi secermat mungkin yang menyangkut kemampuan dasar intelektual (IQ), bakat khusus (aptitudes), disamping aspirasi atau keinginan orangtuanya dan siswa yang bersangkutan. Terutama pada masa penjurusan atau pemilihan dan penentuan program studi. Upaya tersebut bertujuan untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif.

3.      Seharusnya seorang guru bisa mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan rumah dengan sekolah (parent teacher association) untuk saling mendekatkan dan menyelaraskan sistem nilai yang dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa remaja serta sikap dan tindakan perlakuan layanan yang diberikan dalam pembinaannya. Tujuannya adalah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan keagamaan,

4.      Seorang guru atau pendidik untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif dan kepribadian, seyogyanya seorang guru memberikan tugas-tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang, memilih dan mengambil keputusan atau tindakan yang tepat akan sangat menunjang bagi pembinaan kepribadiannya.

Lingkungan sekolah sangat berpengaruh pada perkembangan jiwa remaja, karena selain berfungsi sebagai pengajaran, sekolah juga berfungsi sebagai transformasi norma.
Dalam hal ini sekolah memiliki peranan yang tidak jauh dari keluarga, terutama wali kelas dan guru-guru BP
********




DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :
v     Hartono, A., dan Sunanro. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
v     Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan. Edisi Kedua. Jakarta:PT Gelora
v     Juntika, Nurihsan. Bimbingan dan konseling untuk orang dewasa. Bandung: Universitas Pendidkan Indonesia.
v     Mulyani, S. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
v     Papalia, Diana. 2008. Human development. Jakarta: Prenada Kencana Group
v     Poerwati, E., dan Nurwidodo. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
v     PratamHawi, Akmal. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. IAIN PRESS.
v     Sunarto dan Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
v     Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
v     Tirtarahardja, Umar. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
v     Yusuf, Syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda karya.


Sumber Internet :







PENYUSUN

A.     Tim Penyusun :
MECC (Math E Class Club)

Nama                                                                               NPM
1.      Rindy Retno Octaviani                                      201013500390
2.      Siti Hadijah                                                                   201013500393
3.      Selviana Anggraeni                                                       201013500395
4.      Ernawati                                                                       201013500396
5.      Erna Susanti                                                                 201013500397
6.      Ari Kustanti                                                                  201013500403
7.      Hadi Gunawan                                                  201013500405
8.      Fitriya Andriyani                                                           201013500411
9.      Irfan Nurfadilah                                                            201013500483
10.  Ari Widiastuti                                                               201013500484
11.  Rosyidah                                                                      201013500487
12.  Yohanes Antonius                                                         200813570086
13.  Nurhayati                                                                     201013500388
14.  Sugiati                                                                          201013500389
15.  Khusnul Khotimah                                                        201013500459
16.  Epi Susanti                                                                   201013500481
17.  Indri Aripurnamasari                                                     201013500458
18.  Erwin Sinaga                                                                200913570089
19.  Ramayanti                                                                    201013500432
20.  Harmoko                                                                      201013500433
21.  Tri Kurniasih                                                                 201013500484
22.  Ari Wahyuningsih                                                          201013500452
23.  Septya Ervina                                                               201013500460
24.  Sariminardi                                                                   201013500464
25.  Lutfiah                                                                          201013500466
26.  Rina Purwita                                                                 201013500469
27.  Achmadi                                                                       201013500426
28.  Siti Fajar                                                                      201013500429
29.  Ribut Dwi Wahyuni                                                       201013500470
30.  Sigid Rudy Setiawan                                                     201013500474
31.  Minianingsih                                                                  201013500480
32.  Tusino                                                                          201013500489
33.  Dini Suci Lestari                                                           201013500493
34.  Laely Chotimatul                                                           201013500495
35.  Risma Windarti                                                 201013500414
36.  Deshinta Nurdiah L                                                       201013500419
37.  Asep Kurniawan                                                           201013500421
38.  Khilda Nidia Zulfah                                                       201013500422
39.  Suryati                                                                          201013500496
40.  Titi Muliarti                                                                   201013500500
41.  Akhmad Faoji                                                              20    135
42.  Arina Nurul Fajrin                                                         201013500400
43.  Furi Elanuari                                                                 201013500401
44.  Indah Handayani                                                           201013500579
45.  Siti Saodah                                                                   201013500776
46.  Nurfajri                                                                        201013500457


# Visit Our Website : http://mecc-unindra.blogspot.com/

0 komentar: