Rabu, Juni 08, 2011

Makalah ISBD (Study Kasus ; AIDS)


BAB I

PENDAHULUAN

A. DASAR PEMIKIRAN

1. Latar Belakang Paedagogis

Paedagogik (pendidikan) memiliki sebuah tujuan umum yaitu membawa seseorang kepada kedewasaannya yang berarti ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Atau dalam arti lain, manusia dianggap dewasa apabila ia sudah mengetahui dan memiliki nilai-nilai hidup, norma-norma kesusilaan, keindahan, keagamaan, kebenaran dan sebagainya, dan hidup sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma itu.

Upaya untuk meningkatkan mutu dan hasil pendidikan, mendorong UNESCO (1998) Mendeklarasikan empat pilar pembelajaran yaitu :

1. learning to know ( pembelajaran untuk tahu );

2. learning to do ( pembelajaran untuk berbuat );

3. learning to be ( pembelajaran untuk membangun jati diri );

4. learning to live together ( pembelajaran untuk hidup bersama secara harmonis ).

Misi – misi ini, khususnya learning to live together dalam bidang ilmu – ilmu sosial dan humaniora sejalan dengan tujuan akhir dari paedagogik, yaitu membentuk manusia yang memiliki nilai-nilai hidup dan norma-norma sosial yang berguna bagi kehidupan sosial dan bermasyarakat.

2. Dasar Yuridis
Dalam Undang – Undang No 20 Tahun 2003 tentang sIstem pendidikan nasional Pasal 40 Ayat 1 butir e dikemukakan bahwa :

“ pendidikan dan tenaga kependidikan berhak memperoleh kesempatan menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas ‘.”

Dalam Pasal 40 Ayat 2 butir a yang menyatakan bahwa ;

“pendidik berkewajiban menciptakan suasana yang bermakna, menyenangkan , kreatif, dinamis, dan dialogis “.
.

Pasal-pasal tersebut diatas memberikan keleluasaan bagi para pengajar untuk menyampaikan materi ajar agar mudah terserap bagi para peserta didik.

Dalam sebuah literatur yang ditulis oleh seorang peserta Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) menuliskan dalam pelatihan tersebut, seorang Rektor UNS yaitu Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd menyampaikan sebuah model pembelajaran bernama PAIKEM GEMBROT.

PAIKEM GEMBROT adalah model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot.

Dalam ISBD metode tersebut bisa dilakukan mengingat ilmu yang dipelajari adalah ilmu tentang kehidupan, kebersamaan, tenggang rasa yang ada disekitar kita. Kita dapat memperhatikan, menganalisa dengan seksama lalu berusaha memecahkan sebuah masalah dalam lingkungan hidup kita. Itulah tujuan akhir dari mempelajari ISBD yang akan dijabarkan pada poin selanjutnya.

B. VISI, MISI, TUJUAN, DAN BAHAN ISBD


Visi ISBD
adalah sebagai berikut : “ Mahasiswa selaku individu dan mahluk sosial yang beradap memiliki landasan pengetahuan, wawasan, serta keyakinan untuk bersikap kritis, peka, dan arif dalam menghadapi persoalan sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat.”


Sedangkan Misi ISBD adalah :

a) Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang keragaman, kesetaraan dan martabat manusia sebagai individu dan mahluk sosial dalam kehidupan masyarakat

b) Memberikan dasar-dasar nilai estetika, etika, moral, hukum dan budaya sebagai landasan untuk menghormati dan menghargai antara sesama manusia sehingga akan terwujud masyarakat yang tertib, teratur dan sejahtera

c) Memberikan dasar-dasar untuk memahami masalah sosial dan budaya serta mampu bersikap keritis, analitis, dan responsif untuk memecahkan masalah tersebut secara arif dimasyarakat

Berdasarkan Visi dan Misinya, ISBD termasuk pada kategori General Education (pendidikan umum) yang bertujuan untuk membina individu untuk menjadi warga masyarakat dan warga Negara yang bail. Pendidikan umum yaitu pendidikan yang berkenaan denganh pengembangan keseluruhan kepribadian seseorang dalam kaitannya dengan masyarakat dan lingkungan hidup.

v Nursyid Sumaatmadja ( 2002 : 107 ) Mengatakan bahwa : “ Pendidikan umum
mempersiapkan generasi muda terlibat dalam kehidupan umum sehari-hari dalam
kelompok mereka, yang merupakan unsur kesatuan budaya, berhubungan dengan
seluruh kehidupan yang memenuhi kepuasan dalam keluarga, pekerjaan, sebagai warga negara, selaku umat yang terpadu serta penuh dengan makna kehidupan.”

v Sedangkan Philip H. Phenik ( 1964 : 6-8 ) mengemukakan bahwa : “ Pendidikan
umum merupakan proses pembangkitan makna-makna yang esensial yang membimbing pelaksanaan hidup manusia melalui perluasan dan pendalaman makna-makna tadi “ selanjutnya Phenik mengatakan ( dalam Nursyid S., 2002 : 109) Bahwa makna makna esensial yang melekat dalam kehidupan masyarakat dan budaya manusia meliputi enam pola, yaitu Simbolik, Empirik, Estetik, Etik, dan Sinoptik.

v Jika dikaji secara historis, studi sosial, dan studi kebudayaan memiliki tujuan
yang beragam, yaitu :

1. Mendidik mahasiswa menjadi ahli dibidang ilmu

2. Tujuannya menumbuhkan warga Negara yang baik

3. Kompromi antara pendapat pertama dan kedua
ISBD harus merupakan :
a. Simplifikasi dan distalasi dari berbagai disiplin ilmu social dan budaya untuk kepentingan pendidikan ( Wesley, 64. hlm.3 )
b. Tujuannya merupakan “….a body of predigested and organized knowledge,… storehouse of knowledge,skills,specific virtues,the presumed product of research in the social sciences, to be transmitted to the student.”
c. Bahan pelajaran harus merupakan sebagian dari hasil penelitian ilmu-ilmu social dan budaya yang dipilih dan diramu sehingga cocok untuk program pendidikan.

Setelah memperhatikan visi, misi dan tujuan dari ISBD maka dapat disimpulkan bahwa matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar bukanlah merupakan suatu disiplin ilmu tetapi lebih merupakan kajian yang sifatnya multi atau interdisipliner. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar diajarkan untuk memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum kepada mahasiswa tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial yang terjadi di sekitamya. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa dapat memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap lingkungan sosial serta budayanya. Dengan kepekaan sosial yang dimilikinya, mahasiswa diharapkan memiliki kepedulian sosial dalam menerapkan ilmunya dalam kehidupan bermasyarakat.

C. PENTINGNYA PENDEKATAN INTERDISIPLIER DALAM ISBD


Penggunaan pendekatan multidisiplin dalam proses pembelajaran ISBD sangatlah perlu mengingat hakikat masalahnya kompleks sehingga memerlukan kajian dari berbagai disiplin ilmu secara terpadu untuk mengkajinya.

Dalam hal ini bisa digunakan interdisipliner yang menggunakan berbagai disiplin ilmu secara terpadu.

Atau dengan crossdisipliner yaitu penggunaan dua disiplin ilmudari sudut pandang yang berbeda.

Atau juga bisa dengan transdisipliner yaitu penggunaan berbagai disiplin ilmu untuk mengkaji suatu masalah.

Pendekatan multidisiplin dalam ISDB biasa menggunakan pendekatan struktural, yaitu beberapa disiplin ilmu sosial atau displin ilmu budaya digunakan sebagai alat untuk menkaji masalah, tetapi sistematika salah satu struktur disiplin tertentu masih terlihat dominan sebagai pisau analisisnya.

Pendekatan lainnya yaitu fungsional yang mengadakan pembelajaran yang bertitik tolak dari masalah yang terdapat dalam masyarakat dimana mahasiswa terlibat secara langsung.

Karena itu, proses pembelajaran diawali dengan menentukan dan merumuskan masalah, mengumpulkan data dan informasi, mengkaji latar belakang dan penyebabnya, mencari peraturan yang berhubungan, mengkaji kebijakan publik lalu mencari solusi yang bisa memberikan rekomendasi kepada pengambil kebijakan publik.

D. BEBERAPA ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN ISBD

Ceramah, Tanya jawab, dan diskusi tentu saja masih dipandang penting terutama untuk memberikan penjelasan dasar – dasar ilmiah serta materi esensial yang menjadi basic concept masalah yang akan di bahas, akan tetapi model pembelajaran problem solving, inquiry, klasifikasi nilai, science technology and society, social action model, serta portofolio based learning sangat diperlukan untuk mengembangkan empat pilar pendidikan yang dikemukakan UNESCO.

E. PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO

1. Pengertian
Istilah portofolio yang paling sering dikenal terdapat dilapangan pemerintahan, terutama ketika menunjuk pada menteri yang tidak membawahi suatu departemen, biasanya menteri seperti itu disebut menteri Negara atau minister without portofolio. “kegiatan social paedagogis “, yaitu collection of learning experience yang terdapat dalam pikiran serta didik baik yang berwujud pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

2. Sedangkan sebagai model pembelajaran boediono ( 2001 ) mengatakan bahwa portofolio
merupakan bentuk dari praktik belajar kewarganegaraan, yaitu inovasi pembelajaran yang
dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empiris.

3. langkah – langkah pembelajaran
Langkah pembelajaran berbasis portofolio ( D. Budimansyah, 2002 ) meliputi
kegiatan sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi masalah
b. Memilih masalah untuk kajian kelas
c. Mengumpulkan imformasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas
d. Mengembangkan portofolio kelas
e. Penyajian portofolio ( show case )
f. Criteria penilaian portofolio

Mengingat yang dibahas dalam bab ini merupakan teori dari sebuah perumusan dalam mempelajari masalah sosial, maka penulis mencoba menerapkan apa-apa yang diuraikan dalam bab ini pada sebuah study kasus yang akan dijabarkan pada bab selanjutnya.

Study Kasus :

BAB II

AIDS

(Acquired Immune Deficiency Syndrome)

1. 1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang artinya makhluk yang tidak mampu hidup sendiri atau selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Dalam kehidupan sosial masyarakat dikenal berbagai gejala-gejala sosial seperti norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan.

Tidak semua gejala sosial tersebut berjalan secara normal, kadang-kadang-kadang timbul gejala sosial yang tidak dikehendaki yang kemudian sering disebut masalah sosial.

Masalah sosial merupakan persoalan, karena menyangkut tata kelakuan immoral, berlawanan dengan hukum serta bersifat merusak. Sebab itu masalah-masalah sosial tidak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk (Soerjono Soekamto.1990).

Masalah tersebut bersifat sosial karena bersangkut paut dengan hubungan antar manusia dan di dalam kerangka bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Hal ini dinamakan masalah sosial karena bersangkut paut dengan dengan gejala-gejala yang mengganggu dalam masyarakat.

Dibawah ini penulis masukan sebuah berita yang cukup relevan untuk membuka study kasus yang akan diuraikan.

Tweet Tifatul Soal AIDS Jadi Perbincangan di Twitter

Kamis, 30 September 2010 | 17:09 WIB

Besar Kecil Normal


Tifatul Sembiring. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring menjadi perbincangan hangat di situs mikroblogging Twitter. Pemicunya: serial tweet-nya soal AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) pada Rabu (29/9) malam.

Berikut ini serial tweet Tifatul soal AIDS yang diambil dari akun twitternya @tifsembiring.

1. Cegahlah diri anda dan keluarga dari penularan virus HIV/AIDS. Angka2 penderita dan penularannya selalu meningkat tajam setiap tahunnya.

2. MI 12/11/2009: "Penyebab HIV/AIDS dr Kaum Gay Meningkat Tajam". Kata dokter: perilaku seks yg menyimpang adalah sbg penular virus tsb.

3. Kata Al-Qur'an: Allah swt membalikkan bumi kaum nabi Luth, pelaku homoseks, menghujani mrk dngn batu, dari tanah yg terbakar QS 11:81-82

4. Penularan virus HIV/AIDS harus dicegah, juga penularan perilaku2 yg potensial membawa virus2 tsb. Sampai kini obat AIDS belum ditemukan.

5. Kata Prof. Sujudi, mantan menteri kesehatan, agar mudah diingat singkatannya AIDS=Akibat Itunya Dipakai Sembarangan.

6. Kata seorang Kiyai, jika melihat kemungkaran diam saja, itu sama spt syaithanul akhlash, maksudnya syetan gagu. Maka cegahlah kmungkaran.

Begitu Tifatul memposting tweet tersebut respon bermunculan. @benhan, seorang pemilik akun Twitter yang aktif mempertanyakan maksud Tifatul dan memposting dalam blognya: Untuk @tifsembiring (5) kutip Prof. Sujudi dg joke soal kepanjangan AIDS, konteksnya tidak dijelaskan.

Audiensnya yang asli seperti apa? Pada tweet @tifsembiring berikutnya jawab ke orang, baru jelaskan konteksnya Pak Sujudi joke di depan ibu-ibu, dugaan saya saat penyuluhan. Joke seperti itu boleh2 saja, namun disisipkan antara tweet2 yg sedang “nuduh” kaum homoseksual tanggung jawab soal AIDS, sangat tidak bijak.

Selain @benhan, anggota komisi kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrat, Nova Riyanti Yusuf juga ikut bereaksi dan membuat postingan tiga seri tweet soal AIDS. Dalam akunnya @novariyanti menulis:

1. Pembantu presiden hrs bekerja sinergis.Jgn jeruk makan jeruk.Menteri 1 perjuangkan HIV/AIDS (MDGs or not),1nya meniadakan perjuangan itu.

2. Sebaik-baiknya manusia,adalah yang tidak memaksakan "penghayatan nilai" kpd orang lain dan fokus pd "empati" dan "pemecahan masalah".

3. Komisi IX selalu mendukung perjuangan ibu MenKes TIDAK HANYA utk mencegah penularan HIV/AIDS,tp juga PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ODHA.

Tifatul kemudian merespons kembali dengan memposting tweet, tidak ada di TL (timeline) 1-6 penstigmaan terhadap penderita HIV/AIDS, justru agr hati2 virus. Konteks prof sujudi saat itu adl kampanye anti penularan AIDS.

PGR

Kasus HIV/AIDS jelas merupakan masalah sosial karena adanya perlakuan diskriminasi terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Walaupun sangat disayangkan sekali kata-kata tersebut lahir dari seorang Menteri Komunikasi kita yang seharusnya bisa ‘mengkomunikasikan’ perkataan tersebut dengan lebih baik sehingga tidak menyinggung beberapa pihak.

Memang ODHA dianggap orang-orang patut dikucilkan karena telah menyalahi norma-norma yang berlaku di masyarakat, padahal mereka adalah orang-orang yang seharusnya mendapatkan motivasi dan semangat hidup dari orang-orang di sekitarnya. Anggapan orang tentang HIV/AIDS yang dapat menular dengan mudah adalah salah karena sesungguhnya penularan HIV/AIDS dapat dicegah. Hal inilah yang mendasari penyusunan studi kasus ini.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dari latar belakang diatas adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah isu-isu tentang HIV/AIDS yang berkembang di masyarakat?
  2. Apakah HIV/AIDS itu sebenarnya?
  3. Masalah sosial apakah yang dapat ditimbulkan oleh HIV/AIDS?
  4. Bagaimakah peranan pemerintah, pelajar/mahasiswa, Keluarga dan LSM dalam menanggulangi kasus-kasus HIV/AIDS yang terjadi?

1.3 Tujuan

  1. Untuk mengetahui isu-isu yang berkembang di masyarakat tentang HIV/AIDS
  2. Untuk mengetahui apa itu HIV/AIDS
  3. Untuk mengetahui masalah sosial yang dapat ditimbulkan oleh HIV/AIDS
  4. Untuk mengetahui peranan pemerintah, pelajar/mahasiswa, dan LSM dalam menanggulangi kasus-kasus HIV/AIDS.

1.4 Metode

  1. Wawancara

Penyusun melakukan wawancara, dalam hal ini melaui email, dengan orang-orang yang bergulat dalam penanganan AIDS yang tergabung dalam Komisi Penanggulangan AIDS (KPA Pusat) untuk mendapat informasi yang diperlukan dalam penulisan study kasus ini.

  1. Kajian pustaka

Penyusun melakukan kajian pustaka dari buku-buku literatur, brosur-brosur maupun dari makalah-makalah yang relevan.

1.5 Manfaat

  1. Dapat mengetahui isu-isu yang berkembang di masyarakat tentang HIV/AIDS
  2. Dapat mengetahui apa itu HIV/AIDS
  3. Dapat mengetahui masalah sosial yang dapat ditimbulkan oleh HIV/AIDS
  4. Mengetahui peranan pemerintah, pelajar/mahasiswa, dan LSM dalam menanggulangi kasus-kasus HIV/AIDS.
  5. Diharapkan tergugahnya hati nurani kita agar tidak ada lagi pengucilan bagi para ODHA.

PEMBAHASAN

2.1 Isu-Isu yang berkembang di masyarakat tentang HIV/AIDS

Bagi masyarakat awam keberadaan penyakit HIV dan AIDS dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya. Bagi masyarakat istilah HIV dan AIDS biasanya tergambar sebagai masalah medis yang timbul akibat suatu perilaku negative dalam pergaulannya. Penderitanya yang di sebut ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) sering dijauhi dalam pergaulan karena dianggap perilaku negatifnya dapat menimbulkan HIV dan AIDS.

Banyak masyarakat menganggap penularan HIV dapat terjadi dengan mudah. Isu yang berkembang di masyarakat mengenai penularan HIV adalah sebagai berikut:

  1. Penularan HIV dapat terjadi karena bersalaman, berpelukan, atau berciuman dengan penderita HIV dan AIDS
  2. Kontak langsung seperti terpapar batuk atau bersin oleh penderita HIV dan AIDS
  3. Memakai fasilitas umum bersama-sama dengan penderita HIV dan AIDS misalnya toilet
  4. HIV dan AIDS dapat menular pada tempat pemandian umum misalnya memakai kolam renang bersama-sama
  5. Hidup bersama, berbagi makanan atau menggunakan alat makan secara bersama dengan ODHA
  6. HIV dan AIDS dapat menular akibat gigitan serangga misalnya nyamuk

Berdasarkan isu yang berkembang pada masyarat, kita akan cenderung mengganggap bahwa HIV itu adalah virus mematikan yang dapat menular dengan mudahnya kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun. Padahal dalam kenyataannya tidak seperti yang masyarakat bayangkan.

2.2 Apa itu HIV/AIDS

Masyarakat sering mendengar nama penyakit tersebut dan merasa takut akan hadirnya penyakit tersebut. Tetapi sebenarnya masyarakat belum mengetahui secara jelas apa itu HIV dan apa itu AIDS. HIV (Human Imunodeficiensi Virus) adalah virus penyebab AIDS. Terdapat dalam cairan tubuh pengidapnya seperti darah, air mani atau cairan vagina. Pengidap HIV akan tampak sehat sampai HIV menjadi AIDS dalam waktu 5-10 tahun kemudian. Walaupun tampak sehat mereka dapat menularkan HIV pada orang lain. AIDS (Aquired immune Deficiency Syndrome) atau sindroma menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan HIV sehingga tubuh tidak dapat memerangi penyakit.

Seperti isu yang telah berkembang di masyarakat mengenai cara penularan HIV sebenarnya terjadi kekeliruan pada pandangan masyarakat tersebut. Sebenarnya HIV hanya dapat menular melalui 4 cairan tubuh yaitu cairan sperma, cairan vagina, darah, dan yang terbaru ditemukan bahwa virus HIV terdapat pada cairan sumsum tulang belakang. Penularan HIV itu sendiri dapat terjadi melalui beberapa cara:

  1. Melalui hubungan sex yang tidak terlindung (anal, oral, vaginal) dengan pengidap HIV
  2. Melalui transfuse darah atau menggunakan jarum suntik secara bergantian
  3. Melalui ibu hamil pengidap HIV pada bayi yang dilahirkan dan dari ibu ke anak selama menyusui.

HIV tidak ditularkan melalui pergaulan seperti berjabat tangan, sentuhan, ciuman, pelukan, peralatan makan, gigitan nyamuk, penggunaan jamban atau tinggal serumah, kontak dengan penderita yang betuk atau bersin. Hal ini menjawab bahwa isu yang berkembang di masyarakat tidaklah benar.

Siapapun bisa saja tertular HIV dan gejala yang diltimbulkan tidak dapat di bedakan dengan orang sehat kebanyakan karena penampilan luar seseorang tidak menjamin mereka bebas HIV. Orang dengan HIV positif sering terlihat sehat dan merasa sehat sebelum melakukan tes darah. Pelayanan tes darah ini telah disediakan oleh pemerintah di rumah sakit atau puskesmas dengan tidak dipungut bayaran.

Setelah terinveksi HIV biasanya tidak ada gejala dalam waktu 5-10 tahun. Kemudian AIDS mulai berkembang dan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:

1. kehilangan berat badan secara drastis

2. diare yang berkelanjutan

3. pembekakan di leher dan di ketiak

4. batuk terus menerus

Setelah mengetahui apa itu HIV/AIDS pastilah muncul di pemikiran kita bagaimana upaya untuk mencegah penularan HIV. Pencegahan HIV sangat mudah, tergantung pada prilaku kita sendiri. Pencegahannya dapat dilakukan dengan model pencegahan ABCDE yaitu:

1. Absen Seks yaitu tidak melakukan hubungan seks sama sekali

2. Befaithfull yaitu saling setia dengan pasangan dan tidak berganti-ganti pasangan seks

3. Condom yaitu selalu menggunakan kondom jika melakukkan hubungan seks beresiko baik lewat vagina, dubur, ataupum mulut

4. Don’t Inject yaitu tidak menggunakan alat-alat suntik atau jarum bekas apalagi menggunakan narkoba suntik

5. Education yaitu selalu mengikuti perkembangan informasi tentanng HIV/AIDS melalui membaca, berbicara mengenai HIV/AIDS untuk menambah pengetahuan.

2.3 Masalah sosial yang dapat timbul oleh penyakit HIV/AIDS

ODHA mendapat stigma (cap negatif) dan diskriminasi dari masyarakat di sekitarnya. Ini nampak dari begitu banyak penderita menerima perlakuan yang berbanding terbalik sebelum terdiagnosa HIV. Pada rentang antara 10-12 tahun HIV memunculkan AIDS. Jadi, sang penderita menghadapi stigma dan diskriminasi pada 10 tahun itu. Ini muncul karena persepsi keliru atas HIV dan AIDS terutama media penularan serta pandangan mengenai masalah ini adalah masalah medis.

Stigma adalah alat kontrol sosial terampuh dalam menilai pihak berkarakteristik tertentu, maka dalam kerangka stigma dan diskriminasi HIV dan AIDS sebenarnya adalah persoalan sosial yang tatarannya sama dengan kemiskinan, kebodohan, dan apatisme, yang merupakan masalah semua orang. Diskriminasi terhadap ODHA terlihat dalam kehidupan sehari-hari seperti contoh-contoh dibawah ini :

o Dalam dunia kerja, ODHA sering dikucilkan dari pergaulan rekan-rekan kerjanya dan ada pula kejadian dimana ODHA harus di PHK karena penyakit yang di deritanya itu. Untuk mencari lapangan pekerjaan juga merupakan hal yang tidak mudah bagi mereka, banyak perusahaan yang menolak orang-orang dengan HIV untuk bekerja.

o Dalam keluarga, ODHA juga kadang-kadang diberikan perlakuan yang tidak sama dengan keluarga lainnya, misalnya dikirim keluar kota, dilarang bergaul dengan orang-orang di sekitarnya, dan dilarang pula membuka statusnya sebagai pengidap HIV karena keluarga masih menganggap hal itu sebagai aib yang harus disembunyikan selamanya.

o Dalam dunia medis, perlakuan diskriminasi yang terjadi pada ODHA misalnya ketika seorang penderita yang harus mendapat operasi karena suatu penyakit atau kecelakaan mendadak harus dibatalkan karena statusnya sebagai pengidap HIV.

Sebenarnya perlakuan diskriminasi seperti diatas tidak perlu terjadi seandainya semua orang memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS dan bagaimana proses infeksinya. Orang-orang dengan HIV sebenarnya adalah orang-orang yang patut diberikan dukungan agar di sisa hidupnya yang tidak lama lagi bisa berbuat banyak untuk sesama baik untuk orang yang belum terinfeksi maupun yang telah terlanjur terinfeksi.

2.4 Peranan Pemerintah, Pelajar/Mahasiswa, keluarga dalam menanggulangi masalah HIV/AIDS

a. Peranan Pemerintah

Komitmen pemerintah dalam penanggulangan HIV/AIDS tidak diragukan lagi. Program dilaksanakan secara komprehensif artinya adalah pada tempat-tempat dimana terjadi penularan, dilaksanakan program mulai dari pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan serta mitigasi didukung oleh kebijakan yang memberdayakan masyarakat untuk secara mandiri menanggulangi masalah HIV dan AIDS. Dengan demikian penduduk yang paling berisiko tertular HIV dapat mengakses informasi dan layanan kesehatan, sementara stigma dan diskriminasi dapat dihilangkan.

b. Peranan Pelajar/Mahasiswa

1. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosialisasi tentang HIV/AIDS di sekolah dan kampus masing-masing.

2. Berpatisifasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan KPA maupun LSM.

3. Mengangkat makalah, tugas, skripsi, dan presentasi tentang HIV/AIDS sehingga dapat berfungsi sekaligus sebagai media sosialisasi

4. Berperilaku dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang mengarah pada kenakalan remaja.

c. Peranan Keluarga

1. Memberikan dukungan moril bagi anggota keluarga yang sudah positif terkena HIV

2. Memantau pergaulan anak agar tidak menjurus ke pergaulan bebas antar remaja dan kenakalan remaja

3. Memberikan edukasi yang cukup mengenai fungsi seksual kepada anak sejak dini sebagai usaha preventif.

d. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), instansi terkait dan semua komponen masyarakat termasuk LSM peduli AIDS, secara bersama-sama melakukan langkah-langkah nyata antara lain:

1. Manajemen Program

1. Rapat Rutin KPA

2. Pengolahan & Analisa Data

3. Hari AIDS se-Dunia

2. Pelayanan Kesehatan

1. Penjangkauan dan Pendampingan

2. Pelayanan Klinik dan pengobatan.

3. Promosi Kondom

3. Komunikasi, Informasi dan Edukasi

1. Penyuluhan bagi Siswa Sekolah

2. Penyuluhan massa

3. Sosialisasi HIV/AIDS bagi Ibu Hamil

4. Media KIE (Media cetak, Radio Spot, dan Dialog Interaktif)

4. Lapangan Pekerjaan

1. Dalam loyalitas untuk menolong para penderita AIDS, Komisi Penanggulangan AIDS juga membuka lapangan pekerjaan untuk para penderita HIV/AIDS. Hal ini merupakan jalan keluar dari diskriminasi yang dialami ODHA dalam dunia kerja. Diharapkan disisa umur yang ada, para ODHA bisa membuktikan bahwa merekapun bisa berguna, hidup mereka bisa berharga bagi diri mereka dan juga orang lain.

Diatas segalanya, kita sebenarnya dapat mencegah segala problematika sosial dengan memperbaiki ”hubungan manusia dengan Tuhannya”. Kita harus menyadari bahwa manusia itu apa, tujuannya apa dan maksudnya apa? Kalau sudah menyadari sebagai manusia yang tinggal disunia, maka secara lambat laun manusia akan mengetahui dirinya sendiri dan kemudian akan menemukan manusia lain untuk melahirkan nilai-nilai dan perilaku sosial yang bermanfaat bagi manusia itu sendiri ataupun manusia lainnya.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pandangan masyarakat mengenai penularan HIV dan AIDS mengalami kekeliruan. Penularan HIV/AIDS hanya dapat terjadi melalui cairan tubuh seperti cairan sperma, cairan vagina, cairan darah dan cairan sumsum tulang belakang.

2. HIV adalah (Human Imunodeficiensi Virus) adalah virus penyebab AIDS. AIDS (Aquired immune Deficiency Syndrome) atau sindroma menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan HIV sehingga tubuh tidak dapat memerangi penyakit.

3. masalah social yang timbul oleh penyakit HIV/AIDS adalah stigma dan diskriminasi ODHA oleh masyarakat

4. Peranan pemerintah dalam menanggulangi masalah HIV/AIDS melakukan berbagai kegiatan yang bekerjasama dengan LSM dan Kelompok Pelajar.

Saran-saran

1. Diharapkan pada masyarakat untuk tidak mendiskriminasikan keberadaan ODHA yang berada di sekitar lingkungan masyarakat.

2. Agar terhindar dari HIV/AIDS sebaiknya masyarakat berperilaku seks yang sehat dan aman seperti tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual.

"Tolerance implies a respect for another person, not because he
is wrong or even because he is right, but because he is human."

DAFTAR PUSTAKA

Pendahuluan :

ü Purwanto, Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

ü Setiadi, Elly M dkk. 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta. Kencana Prenada Media Grup.

Studi Kasus :

ü Komisi Penanggulangan AIDS. 2008. 11 Langkah Memahami HIV & AIDS (Edisi Revisi). Yogyakarta. Lentera PKBI-DIY.

ü Komisi Penanggulangan AIDS. 2009. Mengenal dan Menanggulangi HIV AIDS Infeksi Menular Seksual dan Narkoba. Jakarta. KPA Nasional.

ü Soelaeman, Munandar. 2005. Ilmu Sosial Dasar. Bandung : PT Refika Aditama.

ü Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.

ü www.kompasinteraktif.com

0 komentar: