Senin, Oktober 07, 2013

Ciwidey, Perjalanan Menuju Suhu Beku (Satu)

Ngebolang Dadakan!

Mungkin memang benar, ya, kalau perjalanan itu direncanakan jauh-jauh hari pasti bakalan gak jadi. Maka dari itu, perjalanan kali ini termasuk kategori “dadakan”.
Awalnya, hari Senin tanggal 30 September 2013 lalu, Deshinta mengajak saya pergi kemping. Tak tanggung-tanggung, kempingnya ke Ciwidey, tepatnya di Kampung Cai Ranca Upas. Hmm, melirik isi dompet yang “kritis” dan juga janji mau pergi ke Tidung minggu depannya membuat saya berpikir ulang untuk ikut. Tapi dengan penjelasan dari Deshinta berisi rincian biaya yang diberikan serta objek-objek wisata yang akan kami datangi, akhirnya membuat saya setuju juga.
Singkatnya, kami berenam (Saya, Deshinta, Pur, Hadi, Fitriya, serta Fajri) pun setuju untuk mengadakan perjalanan dan kemping di Ciwidey. Kami berkumpul di Kp. Rambutan pada pukul 07.10 (ngaret, tentu saja, karena janji kumpul pukul 06.30). Setelah berkumpul, kami pun berangkat memakai bus jurusan Jakarta – Garut. Dari awal terasa kurang enak saat naik bus ini. Kernet bus yang bilang sambil ngotot bahwa bus itu lewat Leuwi Panjang jelas-jelas bukan hal yang baik. Tapi akhirnya kami pun naik juga. Dan perasaan tidak enak kami benar. Keluar tol memasuki kota Bandung (kurang tahu daerah mana) kami dioper ke bus lain yang menuju Leuwi Panjang.

Oke, oke. Dioper tidak pernah menjadi masalah buat kami. Di Jakarta kami juga sering mengalaminya, tapi yang membuat kami marah itu karena kami harus membayar lagi di atas bus. Harusnya, kalau dioper begitu biaya sudah tidak ada lagi karena biasanya sang kernet bus pertama sudah negosiasi biayanya. Ini malah tidak! Alhasil kita hanya bisa mengutuk di atas bus saja.

Kami sampai di Leuwi Panjang sekitar pukul 11.30. Kami memutuskan langsung saja menuju ke Terminal Ciwidey dengan menggunakan L300 jurusan Bandung – Ciwidey. Biaya bisa dibilang sangat murah mengingat jauhnya perjalanan yang ditempuh. Cuma sayang satu kekurangannya, kita akan ditumpuk seperti ikan pepes kalau naik mobil ini. Hanya saran, apabila pergi ke Ciwidey ramai-ramai, lebih baik menyewa saja mobil ini.


Masjid yang Mengesankan

Akhirnya, setelah menembus macetnya jalan Kopo (pas banyak rombongan haji) kami sampai juga di Terminal Ciwidey. Hmm, begitu sampai langsung dicegat seorang supir angkot. Kami bilang saja mau ke Situ Patengan, namun kami mau shalat dulu. Si sopir menunjukan arah masjid kepada kami, tapi dia mewanti-wanti supaya nanti diantar olehnya waktu ke situ.

Di terminal ini suhu mulai dingin. Masjid yang kami singgahi tidak begitu besar. Namun suasana damai sangat terasa, mungkin karena bunyi gemericik air yang terus memancar itu penyebabnya. Dan hebatnya lagi, sajadah di sini harumnya luar biasa. 


Sangat jarang dijumpai masjid di terminal dengan sajadah seharum ini. Air wudhu terasa dingin menyejukkan di wajah, apalagi setelah berpanas-panasan ria di oven bernama L300 tadi. Oh, ya. Toilet di masjid ini juga termasuk bersih, mungkin karena dialiri air terus. Tapi recomended banget kalau ke Ciwidey mampir dulu untuk shalat di masjid ini.

(bersambung ke bagian dua)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar