A.
Konsep dan Proses Penyesuaian Diri
1.
Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri
dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal
adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari
tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation),
penyesuaian diri sebagai bentuk konfornitas (conformity), dan penyesuaian diri
sebagai usaha penguasaan (mastery).
Pada mulanya penyesuaian diri
diartikan sama dengan adaptasi
(adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah
pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya,
seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi
dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.
Sudut pandang berikutnya
adalah bahwa
penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk
merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga
konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasitidakterjadi.
Penyesuaian
diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan
jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu
mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam
menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam
masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami
stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian
diri dengan kondisi yang penuh tekanan.
Berdasarkan
uraian di atas dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses
dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan
yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar
pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia
sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan
lingkungannya.
a. Aspek-aspek
Penyesuaian Diri
Pada dasarnya
penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai
berikut :
1) Penyesuaian
Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan
individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang
harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya
siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak
obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian
pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau
tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya.
Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan
yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan
keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan
penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan
dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara
individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang
menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan
kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian
diri.
2) Penyesuaian Sosial
Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di
dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama
lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan
tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang
mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup
sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal
dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup
hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain.
Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar
tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.
Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak
bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat
yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau
karya yang diberikan oleh sang individu.
Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi
dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial
yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan
cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian
sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial
kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan
sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan
individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai
berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu
mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya
dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Kedua hal tersebut merupakan proses
pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan
dan mengendalikan diri. Pertumbuhan
kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti
pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah
yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha
mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap
beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak
dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.
2.
Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang
hayat (life long), dan manusia terus-menerus berupaya menemukan dan mengatsi
tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat.
Respon penyesuaian, baik atau buruk,
secara sederhana dapat dipandang sebafai suatu upaya individu untuk mereduksi
atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang
lebih wajar. Penyesuaian
adalah sebagai suatu proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan
internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja
muncul konflik, tekanan, dan frustasi, membebaskan diri dari ketegangan.
Apakah
seseorang berhadapan dengan penyesuaian sehari-hari yang sederhana atau suatu
penyesuaian yang rumit, terdapat suatu pola dasar yang ter diri dari
elemen-elemen tertentu. Contoh: seorang anak yang membutuhkan rasa kasih sayang
dari ibunya yang terlalu sibuk dengan tugas-tugas lain anak akan frustasi dan
berusaha menemukan pemecahan untuk mereduksi ketegangan/kebutuhan yang belum
terpenuhi. Dia mungkin mencari kasih sayang di mana-mana, atau menghisap
jarinya, atau bahkan tidak berupaya sana sekalim atau makan secara berlwbihan,
sebagai respon pengganti bila kebutuhab-kebutuhab tidak terpenuhi secara wajar.
Dalam beberapa hal, respon pengganti tidak tersedia, sehingga individu mencari
suatu respon lain yang akan memuaskan motvasi dan mereduksi ketegangan.
Situasi ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|
|
Berdasarkan
diagram diatas, tampak bahwa elemen-elemen umum dan esensial dalam semua
situasi frustasi ialah: motivasi,frustasi atau terhalangnya keinginan dan
motif-motif, respon yang bervariasi, dan pemecahan untuk mereduksi masalah,
frustasi, atau ketegangan dengan beberapa bentuk respon.
Dengan
demikian, dapat dijelaskan bahwa motivasi mengambil variasi bentuk dapat
diarahkan kepada rintangan aatau frustasi yang disebabkan oleh beberapa aspek
realitas misalnya : pembatasan orang tua, hambatan fiik, aturan sosial dan
semacamnya. rintangan-rintangan ini menyebabkan individu meneliti cara-cara
responnya yang berbeda-beda (A, B, dan C) sampai mendapatkan pemuasan.
Individu
dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi
kebutuhannyadengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh
lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.
3.
Karakteristik Penyesuaian Diri
Tidak selamanya individu berhasil
dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan
tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.
rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin di luar
dirinya. dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan tersebut, ada
individu-individu yang dapat melakukan penyesuaian diri secara positif, namun
ada pula individu-individu yang melakuakn penyesuaian diri yang salah. berikut
ini akan ditinjau karakteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian
diri yang salah.
a.
Penyesuaian Diri Secara
Positif
Menurut Sunarto dan Hartono (1995), dalam melakukan penyesuaian dirisecara positif, individu akan melakukannya dalam
berbagai bentuk, antara lain :
1)
Tidak melakukan adanya ketengan
emosional.
2) Tidak menunjukkan adanya
mekanisme-mekanisme psikologis.
3) Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
4)
memiliki pertimbangan rasional
dan pengarahan diri.
5)
Mampu dalam belajar.
6)
Menghargai pengalaman.
7)
Bersikap realistik dan
objektif.
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu
akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:
1)
Penyesuaian menghadapi masalah
secara langsung.
2) Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi
(penjelajahan).
3)
Penyesuaian dengan trial dan
error atau coba-coba.
4)
Penyesuaian dengan substitusi
(mencari pengganti).
5) Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan
diri.
6)
Penyesuaian dengan belajar.
7)
Penyesuaian dengan inhibisi dan
pengendalian diri.
8)
Penyesuaian dengan perencanaan
yang cermat.
Heber
dan Runyon (1984) menyebutkan beberapa ciri khas penyesuaiandiri yang sehat, yaitu :
1) Persepsi terhadap realitas. Individu mengubah
persepsinya tentang kenyataan hidup danmenginterpretasikannya, sehingga mampu menentukan tujuan
yangrealistik sesuai dengan kemampuannya serta mampu mengenali konsekuensi dan tindakannya agar dapat menuntun
pada perilaku yang sesuai.
2) Kemampuan mengatasi stres dan
keecemasan. Mempunyai kemampuan mengatasi stres dan kecemasan
berarti individumampu
mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup dan mampumenerima kegagalan yang dialami. Individu yang
memiliki penyesuaiandiri yang baik akan belajar untuk menceritakan stres
dan kecemasan yangdirasakannya pada orang
lain. Dukungan dari orang di sekitar dapatmembantu individu dalam
menghadapi masalahnya.
3) Gambaran diri yang positif. Gambaran
diri yang positif berkaitan dengan penilaian individu tentangdirinya sendiri. Individu mempunyai gambaran diri
yang positif baik melalui
penilaian pribadi maupun melalui penilaian orang lain, sehinggaindividu
dapat merasakan kenyamanan psikologis.
4) Kemampuan mengekspresikan
emosi dengan baik. Emosi
yang ditampilkan individu realistis dan secara umum berada dibawah kontrol individu. Ketika seseorang marah,
dia mampumengekspresikan dengan cara yang
tidak merugikan orang lain, baik secara psikologis maupun fisik. Individu
yang memiliki kematanganemosional
mampu untuk membina dan memelihara hubunganinterpersonal dengan baik.
5) Memiliki hubungan interpersonal yang baik. Memiliki
hubungan interpersonal yang baik berkaitan dengan hakekatindividu sebagai makhluk sosial, yang sejak lahir
tergantung pada oranglain. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang
baik mampumembentuk hubungan dengan cara yang berkualitas dan bermanfaat.
Menurut
Hariyadi, dkk (2003), terdapat beberapa
karakteristik penyesuaian diri yang positif, diantaranya :
v
Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa
orang yang mempunyaipenyesuaian diri
yang positif adalah orang yang sanggup menerima kelemahan-kelemahan,
kekurangan-kekurangan di samping kelebihan-kelebihannya.
Individu tersebut mampu menghayati kepuasan
terhadap keadaan dirinya sendiri, dan membenci apalagi merusak keadaan
dirinyabetapapun kurang memuaskan menurut penilaiannya. Hal ini bukan berartibersikap pasif menerima keadaan yang demikian,
melainkan ada usahaaktif disertai kesanggupan mengembangkan segenap
bakat, potensi, sertakemampuannya secara maksimal.
v
Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinyasecara
objektif, sesuai dengan perkembangan rasional dan perasaan.Orang yang memiliki penyesuaian diri positif
memiliki ketajaman dalammemandang
realita, dan mampu memperlakukan realitas atau kenyataansecara wajar
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Ia dalam berperilaku selalu bersikap mau belajar dari orang lain, sehingga
secara terbuka pula ia mau menerima feedback dari orang lain.
v
Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada padadirinya
dan kenyataan objektif di luar dirinya.Karakteristik ini ditandai oleh
kecenderungan seseorang untuk tidak menyia-nyiakan kekuatan yang ada pada
dirinya dan akan melakukan hal-hal yang jauh di luar jangkauan kemampuannya.
Hal ini terjadiperimbangan yang rasional
antara energi yang dikeluarkan dengan hasil yang diperolehnya, sehingga timbul kepercayaan terhadap diri
sendiri maupun terhadap lingkungannya.
v
Memiliki perasaan yang aman dan memadaiIndividu yang tidak lagi
dihantui oleh rasa cemas ataupun ketakutan dalamhidupnya serta tidak mudah
dikecewakan oleh keadaan sekitarnya.Perasaan
aman mengandung arti pula bahwa orang tersebut mempunyai harga diri yang
mantap, tidak lagi merasa terancam dirinya oleh lingkungan dimana ia berada,
dapat menaruh kepercayaan terhadap lingkungan dan dapat menerima kenyataan
terhadap keterbatasan maupun kekurangan-kekurangan dan lingkungannya.
v
Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleranKarakteristik ini ditandai
oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaandi
luar dirinya walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan ataukeinginannya.f. Terbuka dan sanggup menerima umpan
balik Karakteristik ini ditandai oleh kemampuan bersikap dan berbicara
atasdasar kenyataan sebenarnya, ada kemauan belajar dari keadaan
sekitarnya,khususnya belajar mengenai reaksi orang lain terhadap perilakunya.
v
Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosiHal ini tercermin dalam memelihara tata hubungan
dengan orang lain,yakni tata hubungan yang hangat penuh perasaan,
mempunyai pengertian yang dalam, dan sikap yang wajar.
v
Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras dengan hak
dan kewajibannya.Individu mampu mematuhi dan
melaksanakan norma yang berlaku tanpaadanya paksaan dalam setiap perilakunya.
Sikap dan perilakunya selalu didasarkan atas kesadaran akan kebutuhan norma,
dan atas keinsyafan sendiri.
b.
Penyesuaian Diri yang
Salah
1.
Reaksi Bertahan (Defence
Reaction). Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak
menghadapi kegagalan. Bentuk khusus reksi ini yaitu:
*
Rasionalisasi,
yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan (dalam) untuk membenarkan tindakannya.
*
Represi,
yaitu berusaha menekan pengalamannya yang dirakan kurang enak ke alam tidak
sadar.
*
Proyeksi,
yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari
alasan yang dapat diterima.
*
“Sour Grapes” (anggur kecut),
yaitu dengan memutarbalikkan kenyataan.
2.
Reaksi Menyerang (Aggressive
Reaction). Reaksi-reaksinya tampak pada perilaku:
*
Selalu membenarkan diri,
*
Mau berkuasa dalam setiap
situasi,
*
Mau memiliki segalanya,
*
Bersilkap senang mengganggu
orang lain,
*
Menggertak baik dengan ucapan maupun
dengan perbuatan,
*
Menunjukkan
sikap permusuhan secara terbuka,
*
Menunjukkan
sikap menyerang dan merusak,
*
Keras kepala dalam
perbuatannya,
*
Bersikap balas dendam,
*
Memperkosa hak orang lain,
*
Tindakan yang serampangan, dan
*
Marah secara sadis.
3.
Reaksi Melarikan Diri (Escape
Reaction). Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri
dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya tampak dalam tingkah laku
sebagai berikut:
*
berfantasi,
*
banyak tidur,
*
minum-minuman keras
*
bunuh diri,
*
menjadi pecandu ganja,
narkotika, dan
*
regresi.
B.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Proses
Penyesuaian Diri
Sebagaimana telah dipahami bahwa dalam
perkembangannya manusia akan melewati masa remaja. Remaja adalah anak manusia
yang sedang tumbuh selepas masa anak – anak menjelang dewasa. Dalam masa ini
tubuhnya berkembang sedemikian pesat dan terjadi perubahan – perubahan dalam
bentuk fisk dan psikis.
Badannya tumbuh berkembang menunjukkan
tanda – tanda orang dewasa, perilaku sosialnya berubah semakin menyadari keberadaan
dirinya, ingin diakui dan berkembang pemikiran maupun wawasannya secara lebih
luas.
Penyesuaian diri pada diri remaja
sangatlah penting dimana penyesuaian diri pada masa ini dapat menentukan sikap
dan psikologi remaja pada masa yang akan datang, dimana jika remaja sulit atau
tidak bisa menyesuaikan diri pada lingkungan dimana dia berada akan berdampak
buruk pada perkembangan diri anak itu sendiri, baik pada masa penyesuaian atau
pun pada masa yang akan datang.
Pentingnya memahami faktor faktor yang mempengaruhi proses
penyesuaian diri remaja, yaitu:
a.
Mengantisipasi berbagai masalah
yang akan muncul dalam proses penyesuaian diri remaja baik di lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat.
b.
Mencegah berbagai pengaruh negatif yang
menjadi kendala bagi perkembangan diri remaja.
Menurut Schneiders (1984), setidaknya ada lima
faktor yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja, yaitu:
1.
kondisi
fisik
2.
Kepribadian
3.
proses
belajar
4.
lingkungan
5.
agama
dan budaya
Faktor - faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja adalah
penentu penyesuaian diri yang meliputi faktor - faktor yang mengatur
perkembangan dan terbentuknya pribadi remaja secara bertahap.
Penentu-penentu
itu dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kondisi-kondisi
fisik, termasuk didalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan saraf,
kelenjar, dan system otot, kesehatan, penyakit, dsb.
2.
Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, social,
moral, dan emosional.
3. Penentuan
psikologis, termasuk didalamnya pengalaman, belajarnya, pengkondisian, penetuan
diri, frustasi, dan konflik.
4. Kondisi
lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah.
5.
Penentuan cultural termasuk agama.
1.
Kondisi Jasmaniah
·
Kondisi jasmaniah merupakan kondisi primer yang
penting bagi proses penyesuaian diri (sistem saraf, kelenjar otot)
- Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
gangguan-gangguan dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot menimbulkan
gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku dan kepribadian.
- Kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik.
- Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat
diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula.
Penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses
penyesuaian dirinya. Gangguan penyakit yang kronis dapat menimbulkan
kurangnya kepercayaan pada diri sendiri, perasaan rendah diri,
ketergantungan, perasaan ingin dikasihani dan sebagainya.
2
Perkembangan Kematangan dan Penyesuaian Diri
- Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan
yang dicapai berbeda – beda antara individu yang satu dengan yang lainnya,
sehingga pencapaian pola – pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara
individual.
- Pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Kondisi – kondisi
perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti emosional,
sosial, moral, keagamaan dan intelektual.
Pengalaman
•
Tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi
penyesuaian diri. Pengalaman yang menyenangkan akan menimbulkan penyesuaian
diri yang baik dan sebaliknya.
Belajar
•
Proses belajar merupakan suatu dasar yang
fundamental dalam proses penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan
berkembang pola – pola respon yang akan membentuk kepribadian. Sebagaian besar
respon dan ciri kepribadian lebih banyak yang diperoleh dari proses belajar
daripada yang diperoleh secara diwariskan. Proses belajar ini akan berlangsung
sepanjang hayat.
Determinasi diri
•
Dalam proses penyesuaian diri, disamping
ditentukan oleh faktor – faktor terebut diatas, orang itu sendiri menentukan
dirinya, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai taraf
penyesuaian yang tinggi. Faktor – faktor itulah yang disebut determinasi
diri.
•
Determinasi diri mempunyai peranan penting dalam
proses penyesuaian diri karena mempuyai peranan dalam pengendalian arah dan
pola penyesuaian diri. Ada beberapa orang dewasa yang mengalami pengalaman
penolakan ketika masa kanak – kanak, tetapi mereka dapat menghindarka diri dari
pengaruh negatif karena dapat menentukan sikap atau arah dirinya sendiri.
Konflik dan Penyesuaian
•
Tanpa memperhatikan tipe – tipe konflik,
mekanisme konflik secara essensial sama yaitu pertentangan antara motif –
motif.
•
Konflik dapat bermanfaat memotivasi seseorang
untuk meningkatkan kegiatan.
1.
Lingkungan Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
•
Rumah dan Keluarga
Dari sekian
banyak faktor yang mengkondisikan penyesuaian diri. Faktor rumah dan keluarga
merupakan faktor yang sangat penting. Kerena keluarga merupakan satuan kelompok
sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu adalah dalam
keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan dikembangkan di
masyarakat.
•
Hubungan Orang Tua dan Anak
Pola
hubungan antara orang tua dengan anak akan berpengaruh terhadap proses penyesuaian
diri anak-anak. Beberapa pola hubungan yang dapat dipengaruhi penyesuai diri
antara lain :
- Menerima (acceptance),
- Menghukum dan disiplin yang berlebihan,
- Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan.
- Penolakan.
- Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling
menghormati, penuh kasih sayang, mempunyai kemungkinan yang lebih besar
untuk tercapainya penyesuaian yang lebih baik, sebaliknya suasana
permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat
menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
•
Masyarakat
Keadaan
lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan kondisi yang menentukan
proses dan pola-pola penguasaan diri. Kondisi studi menunjukan bahwa banyak
gejala tingkah laku yang meyimpang bersumber dari keadaan masyarakat. Pergaulan
yang salah dikalangan remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya. Faktor
kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau “rawan”, dapat merupakan faktor
yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor masyarakat
ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan
kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria dari kedua faktor tersebut,
antara lain:
a.
Faktor Kerawanan Masyarakat (Lingkungan)
1)
Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malambahkan sampai dini
hari
2) Peredaran
alkohol, narkotika, obat-obatan terlarang lainnya
3)
Pengangguran
4)
Anak-anak putus sekolah/anak jalanan
5)
Wanita tuna susila (wts)
6) Beredarnya
bacaan, tontonan, TV, Majalah, dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan
kekerasan
7)
Perumahan kumuh dan padat
8)
Pencemaran lingkungan
9)
Tindak kekerasan dan kriminalitas
10)
Kesenjangan sosial
b.
Daerah Rawan (Gangguan Kamtibmas)
1) Penyalahgunaan
alkohol, narkotika dan zat aditif lainnya
2)
Perkelahian perorangan atau berkelompok/massal
3)
Kebut-kebutan
4)
Pencurian, perampasan, penodongan, pengompasan, perampokan
5)
Perkosaan
6)
Pembunuhan
7)
Tindak kekerasan lainnya
8)
Pengrusakan
9)
Coret-coret dan lain sebagainya
Kondisi psikososial dari ketiga
lingkungan di atas, merupakan faktor yang kondusif bagi terjadinya kenakalan
remaja.
•
Sekolah
Sekolah
mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual,
sosial, dan moral para siswa. Suasana disekolah baik sosial maupun psikologis menentukan
proses dan pola penyesuaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima
anak disekolah merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.
2.
Kultur dan Agama Sebagai Penentu Penyesuaian
Diri
·
Lingkungan kultural dimana individu berada dan
berinteraksi akan menentukan pola penyesuaian diri. Contohnya tata cara
kehidupan di sekolah, di masjid dan semacamnya akan mempengaruhi bagaimana anak
menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya.
·
Agama memberikan suasana psikologis tertentu
dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya.
·
Agama memberi tuntunan, konsep dan falsafah hidup
yang meyakinkan dan benar. Oleh pemilikan semua ini orang akan memperoleh arti
hidup, kemana tujuan hidup, apa yang dicari dalam hidup ini dan bagaimana ia
harus berperan dalam hidup sehingga hidupnya di dunia tidak sia- sia.
C.
Permasalahan-Permasalahan Penyesuaian Diri
Remaja
Diantara persoalan yang terpenting yang
dihadapai remaja dalam penyesuaian diri yaitu:
1) Hubungan remaja dengan orang dewasa
terutama orang tua.
Disini sangat dipengaruhi oleh sikap orang
tua dan suasana psikologi dan sosial dalam keluarga (kondisi lingkunan
keluarga)
Orang tua yang otoriter akan menghambat
perkembangan penyesuaian diri remaja, begitu juga perlindungan orang tua yang
berlebihan juga berakibat tidak baik. Perpindahan tempat juga memiliki pengaruh
yang kuat.
2) Sekolah juga memiliki peranan/pengaruh
yang kuat dalam dalam perkembangan jiwa remaja.
1. Masalah-masalah remaja
Tidak semua remaja dapat memenuhi
tugas-tugasnya dengan baik. Menurut
Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi
tugas-tugasnya, yaitu:
1) Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah
yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik,
penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
2) Masalah khas remaja, yaitu masalah yang
timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian
kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru,
adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Elkind dan Postman (dalam Fuhrmann, 1990)
menyebutkan tentang fenomena akhir abad duapuluh, yaitu berkembangnya kesamaan
perlakuan dan harapan terhadap anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak masa kini
mengalami banjir stres yang datang dari perubahan sosial yang cepat dan
membingungkan serta harapan masyarakat yang menginginkan mereka melakukan peran
dewasa sebelum mereka masak secara psikologis untuk menghadapinya.
Tekanan-tekanan tersebut menimbulkan akibat seperti kegagalan di sekolah,
penyalahgunaan obat-obatan, depresi dan bunuh diri, keluhan-keluhan somatik dan
kesedihan yang kronis.
Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat
pada era teknologi maju dewasa ini membutuhkan orang yang sangat kompeten dan
trampil untuk mengelola teknologi tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti
perkembangan teknologi yang demikian cepat dapat membuat mereka merasa gagal,
malu, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan emosional.
Bellak (dalam Fuhrmann, 1990) secara
khusus membahas pengaruh tekanan media terhadap perkembangan remaja.
Menurutnya, remaja masa kini dihadapkan pada lingkungan dimana segala sesuatu
berubah sangat cepat. Mereka dibanjiri oleh informasi yang terlalu banyak dan
terlalu cepat untuk diserap dan dimengerti. Semuanya
terus bertumpuk hingga mencapai apa yang disebut information overload.
Akibatnya timbul perasaan terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas
dan masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan budaya.
Uraian di atas memberikan gambaran betapa
majemuknya masalah yang dialami remaja masa kini. Tekanan-tekanan sebagai
akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja, ditambah dengan tekanan akibat
perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya
masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau ganguan
perilaku. Beberapa bentuk gangguan perilaku ini dapat digolongkan dalam
delinkuensi.
Perkembangan pada remaja merupakan proses untuk mencapaikemasakan dalam
berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Proses ini adalah sebuah
proses yang memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek fisik dengan
psikis pada remaja.
v Kutub Keluarga ( Rumah Tangga)
Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan,
dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga
yang tidak baik/disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan
kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih
besar dibandingkan dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga
sehat/harmonis (sakinah).
Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut
menurut para ahli, antara lain:
c.
Keluarga tidak utuh (broken
home by death, separation, divorce)
d. Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan
ketidakbersamaan orang tua dan anak di rumah
e. Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang
tidak baik (buruk)
f. Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua
kepada anak, dalam bentuk materi daripada kejiwaan (psikologis).
Selain daripada kondisi keluarga tersebut di atas,
berikut adalah rincian kondisi keluarga yang merupakan sumber stres pada anak
dan remaja, yaitu:
a.
Hubungan buruk atau dingin
antara ayah dan ibu
b.
Terdapatnya gangguan fisik atau
mental dalam keluarga
c.
Cara pendidikan anak yang
berbeda oleh kedua orangtua atau oleh kakek/nenek
d.
Sikap orangtua yang dingin dan
acuh tak acuh terhadap anak
e. Sikap orangtua yang kasar dan keras kepada
anak
f.
Campur tangan atau perhatian
yang berlebih dari orangtua terhadap anak
g. Orang tua yang jarang di rumah atau
terdapatnya isteri lain
h. Sikap atau kontrol yang tidak konsisiten,
kontrol yang tidak cukup
i.
Kurang
stimuli kongnitif atau sosial
j.
Lain-lain,
menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit, kehilangan orang tua, dan lain
sebagainya.
Sebagaimana
telah disebutkan di muka, maka anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga
sebagaimana diuraikan di atas, maka resiko untuk berkepribadian anti soial dan
berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/maja yang
dibesarkan dalam keluarga yang sehat/harmonis (sakinah).
v Kutub Sekolah
Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu
proses belajar mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan
“peluang” pada anak didik untuk berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah yang
tidak baik tersebut, antara lain;
a. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak
memadai
b. Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang
tidak memadai
c. Kualitas dan kuantitas tenaga non guru yang
tidak memadai
d. Kesejahteraan guru yang tidak memadai
e. Kurikilum sekolah yang sering berganti-ganti,
muatan agama/budi pekerti yang kurang
f.
Lokasi
sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya.
v Kutub Masyarakat (Kondisi Lingkungan
Sosial)
Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat
atau “rawan”, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk
berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam 2
bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah
rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria dari kedua faktor tersebut, antara lain:
a.
Faktor Kerawanan Masyarakat (Lingkungan)
1) Tempat-tempat hiburan yang buka hingga
larut malambahkan sampai dini hari
2) Peredaran alkohol, narkotika, obat-obatan
terlarang lainnya
3) Pengangguran
4) Anak-anak putus sekolah/anak jalanan
5) Wanita tuna susila (wts)
6) Beredarnya bacaan, tontonan, TV, Majalah,
dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan kekerasan
7) Perumahan kumuh dan padat
8) Pencemaran lingkungan
9) Tindak kekerasan dan kriminalitas
10) Kesenjangan sosial
b. Daerah Rawan (Gangguan
Kantibmas)
1) Penyalahgunaan alkohol, narkotika dan zat
aditif lainnya
2) Perkelahian perorangan atau
berkelompok/massal
3) Kebut-kebutan
4) Pencurian, perampasan, penodongan,
pengompasan, perampokan
5) Perkosaan
6) Pembunuhan
7) Tindak kekerasan lainnya
8) Pengrusakan
9) Coret-coret dan lain sebagainya
Kondisi psikososial dan ketiga kutub diatas,
merupakan faktor yang kondusif bagi terjadinya kenakalan remaja
D.
Implikasi Proses Penyesuaian Diri Remaja
Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Masa remaja adalah masa dimana seorang remaja mencari jati dirinya.
Masa remaja juga disebut masa emas (golden age). Namun, para remaja pada masa
perkembangan dihadapkan dengan berbagai masalah, baik eksternal maupun
internal. Masalah-masalah yang timbul pada masa remaja harus bisa di pahami
oleh seorang pendidik, agar remaja tidak mengalami kemunduran mental. Karena
remaja yang tidak mendapatkan bimbingan pada masa remaja, Mereka akan cenderung
melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma kehidupan. Pemecahan
masalah tersebut bisa di selesaikan dengan mengaitkan masalah-masalah tersebut
dengan pen-didikan, baik pendidikan formal ataupun non-formal.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self
identity). Usaha pencarian identitas banyak dilakukan dengan menunjukkan
perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal
menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas (identity
confusion), sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan
menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi
emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat
berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa
tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku
agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari
ketidakstabilan emosinya.
Masa perkembangan remaja juga ditandai dengan keinginan
mengaktualisasikan segala ide pikiran yang dimatangkan selama mengikuti
pendidikan. Mereka bersemangat untuk meraih keberhasilan. Oleh karena itu,
mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya.
Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu
ditempuh dan diikuti. Sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan
harkat dan martabat hidup mereka di mata orang lain.
Laju
proses perkembangan perilaku dan pribadi remaja dipengaruhi oleh tiga faktor
dominan ialah faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan
ling-kungan (environment): termasuk belajar dan latihan (training and
learning). Ketiga faktor dominan utama itu senantiasa bervariasiyang mungkin
dapat menguntungkan, menghambat atau membatasi lajunya proses perkembangan
tesebut.
Selain itu, perilaku remaja mengalami
perubahan krisis aspek pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka
sedang mencari jati dirinya. Remaja sering berusaha memberikan kesan bahwa
mereka sudah hampir dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, dan menggunakan
obat terlarang. Periode remaja seharusnya sudah memiliki pola pikir sendiri dalam
usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir
para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau
hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak berkembang sehingga
mereka mampu berpikir multidimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi
menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan
menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan
operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan
lingkungan sekitar mereka.
Oleh karena itu, remaja sekarang harus bisa
memilih-milih mana perilaku yang harus dilakukan, jangan sampai perilaku
tersebut terjerumus ke dalam perilaku negative.
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga
fungsi-fungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam kaitannya dengan
pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan
keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik
mengalami masalah.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proeses
penyesuaian diri remaja khususnya di sekolah adalah:
a) Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “ betah” (at
home) bagi anak-anak didik , baik secara sosial , fisik maupun akademis.
b) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
c) Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar,
sosial , maupun seluruh aspek pribadinya.
d) Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah
belajar.
e) Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi
belajar.
f)
Ruang kelas yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan.
g) Peraturan / tata tertib yamg jelas dan dapat dipahami oleh siswa.
h) Teladan dari para guru dalam segi pendidikan.
i)
Kerja sama dan saling
pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah.
j)
Pelaksanaan program bimbingan
dan penyuluhan yang sbaik-baiknya.
k) Situasi kepemimpinan yang penuh saling pengertian dan tanggungjawab
baik pada murid maupun pada guru.
l)
Hubungan yang baik dan penuh
pengertian antara sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat.
Karena di sekolah guru merupakan figur pendidik
yang penting dan besar pengaruhnya terhadap penyesuaian siswa-siswinya, maka
dituntut sifat –sifat guru yang efektif, yakni sebagi berikut (Ryans dalam
Garrison, 1956).
a) Memberi
kesempatan (alert), tampak antusias dalam berminat dalam aktivitas siswa dalam
kelas .
b) Ramah
(cheerful) dan optimistis.
c) Mampu mengontrol diri, tidak mudah kacau
(terganggu ), dan teratur tindakannya
d) Senang
kelakar, mempunyai ras humor.
e) Mengetahui
dan mengakui kesalahan-kesalahan sendiri.
f)
Jujur dan
opjektif dalam memperlakukan siswa.
g) Menunjukan
pengertian dan ras a simpati dalam bekerja dengan sisiwa-siswinya.
Jika para guru bersama dengan seluruh staf
disekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik , maka anak-anak didik di
sekolah itu yang berada dalam usia remaja akan cenderung berkurang
kemugkinannya untuk menglami permasalahan-permasalahan penyesuaaian diri atau
terlibat dalam masalah yang bisa menyebabkan perilaku yang menyimpang.
Conger (dalam Abin, 1975: 11)
menegaskan bahwa pemahaman dan pemecahan masalah yang timbul pada masa remaja
harus dilakukan secara interdisipliner dan antar lembaga. Meskipun demikian,
pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang
paling efektif dan strategis, karena bagi sebagian besar remaja bersekolah
dengan para pendidik, khususnya para guru, banyak mempunyai kesempatan
berkomunikasi dan bergaul.
Diantara usaha-usaha pembinaan
yang perlu di perhatikan, sekurang-kurangnya untuk mengurangi kemungkinan
tumbuhnya permasalahan yang timbul pada masa remaja, dalam rangka kegiatan
pendidikan yang dapat dilakukan para pendidik umumnya dan para guru khususnya:
1.
Hendaknya seorang guru mengadakan
program dan perlakuan layanan khusus bagi siswa remaja pria dan siswa remaja
wanita (misalnya dalam pelajaran anatomi, fisiologi dan pendidikan olahraga)
yang diberikan pula oleh para guru yang dapat menyelenggarakan penjelasannya
dengan penuh dignity. Tujuan dari usaha tersebut adalah untuk memahami dan
mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan
fisik dan psikomotorik remaja.
2.
Memperhitungkan segala aspek
selengkap mungkin dengan data atau informasi secermat mungkin yang menyangkut
kemampuan dasar intelektual (IQ), bakat khusus (aptitudes), disamping aspirasi
atau keinginan orangtuanya dan siswa yang bersangkutan. Terutama pada masa
penjurusan atau pemilihan dan penentuan program studi. Upaya tersebut bertujuan
untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian
dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif.
3.
Seharusnya seorang guru bisa
mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan rumah dengan sekolah (parent teacher
association) untuk saling mendekatkan dan menyelaraskan sistem nilai yang
dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa remaja serta sikap dan tindakan
perlakuan layanan yang diberikan dalam pembinaannya. Tujuannya adalah untuk
memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan
perkembangan perilaku sosial, moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan
keagamaan,
4.
Seorang guru atau pendidik
untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian
dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif dan kepribadian, seyogyanya
seorang guru memberikan tugas-tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab,
belajar menimbang, memilih dan mengambil keputusan atau tindakan yang tepat
akan sangat menunjang bagi pembinaan kepribadiannya.
Lingkungan sekolah sangat berpengaruh pada perkembangan jiwa remaja,
karena selain berfungsi sebagai pengajaran, sekolah juga berfungsi sebagai
transformasi norma.
Dalam hal ini sekolah memiliki peranan yang tidak jauh dari keluarga, terutama wali kelas dan guru-guru BP
Dalam hal ini sekolah memiliki peranan yang tidak jauh dari keluarga, terutama wali kelas dan guru-guru BP
********
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
v Hartono, A., dan Sunanro. 1995. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
v
Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi
Perkembangan. Edisi Kedua. Jakarta:PT Gelora
v
Juntika,
Nurihsan. Bimbingan dan konseling untuk
orang dewasa. Bandung: Universitas Pendidkan Indonesia.
v Mulyani, S. 2008. Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
v Papalia, Diana. 2008. Human development. Jakarta :
Prenada Kencana Group
v Poerwati, E., dan Nurwidodo. 2000. Perkembangan Peserta Didik.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
v PratamHawi, Akmal. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. IAIN PRESS.
v Sunarto dan Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
v
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi
Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
v
Tirtarahardja, Umar. 2000. Pengantar
Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
v
Yusuf,
Syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja. Bandung: Rosda karya.
Sumber Internet :
PENYUSUN
A.
Tim Penyusun :
MECC (Math E Class Club)
Nama NPM
1. Rindy Retno Octaviani 201013500390
2. Siti Hadijah 201013500393
3. Selviana Anggraeni 201013500395
4. Ernawati 201013500396
5. Erna Susanti 201013500397
6. Ari Kustanti 201013500403
7. Hadi Gunawan 201013500405
8. Fitriya Andriyani 201013500411
9. Irfan Nurfadilah 201013500483
10. Ari Widiastuti 201013500484
11. Rosyidah 201013500487
12. Yohanes Antonius 200813570086
13. Nurhayati 201013500388
14. Sugiati 201013500389
15. Khusnul Khotimah 201013500459
16. Epi Susanti 201013500481
17. Indri Aripurnamasari 201013500458
18. Erwin Sinaga 200913570089
19. Ramayanti 201013500432
20. Harmoko 201013500433
21. Tri Kurniasih 201013500484
22. Ari Wahyuningsih 201013500452
23. Septya Ervina 201013500460
24. Sariminardi 201013500464
25. Lutfiah 201013500466
26. Rina Purwita 201013500469
27. Achmadi 201013500426
28. Siti Fajar 201013500429
29. Ribut Dwi Wahyuni 201013500470
30. Sigid Rudy Setiawan 201013500474
31. Minianingsih 201013500480
32. Tusino 201013500489
33. Dini Suci Lestari 201013500493
34. Laely Chotimatul 201013500495
35. Risma Windarti 201013500414
36. Deshinta Nurdiah L 201013500419
37. Asep Kurniawan 201013500421
38. Khilda Nidia Zulfah 201013500422
39. Suryati 201013500496
40. Titi Muliarti 201013500500
41. Akhmad Faoji 20 135
42. Arina Nurul Fajrin 201013500400
43. Furi Elanuari 201013500401
44. Indah Handayani 201013500579
45. Siti Saodah 201013500776
46. Nurfajri 201013500457
# Visit Our Website : http://mecc-unindra.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar